Jendela Tegal

Universitas Tukang Becak

Sedulur-sedulur. Pernah merasa atau tidak mahasiswa yang kuliah itu akhirnya untuk apa? untuk mencari kerja kan? untuk bekerja kan? mula-mula mereka akan jadi manusia bekerja, kemudian akan jadi manusia pekerja, kemudian manusianya hilang dan hanya jadi “pekerja”. Ini kemudian menghilangkan beberapa fitrah kemanusiaan, contoh: “lebih suka membaca buku daripada membaca kenyataan hidup. Salah satu akibatnya adalah lebih menggembor-gemborkan mengenai kerja dan karir daripada membuka lapangan kerja. Karir lebih utama dari membuka hajat hidup orang banyak. Anda kerja di BUMN lebih mulia daripada rumah kecil home industri (nang Tegal contone) sing menghidupi puluhan wong-wong cilik. Bukankah ini logika yang terbalik?
Ini bukan tulisan untuk menyalahkan orang yang kuliah, orang yang bekerja, apalagi Universitas. Tapi ngajak bareng-bareng mikir: apa sebenere Universitas kuwe? definisine iku: “Universitas” yaitu tempat dimana semua ilmu bebas dipelajari tanpa sekat-sekat akademik. kita belajar laut bukan sungai. kita belajar banyak hal bukan belajar hal-hal secara sempit.belajar kuwe ya intine “Alimul Ghoibi Wa Syahadati”. akhire wong-wong bisa ngerti hal-hal sing “gaib” atau sing tidak kasat mata dan bisa paham gamblang tentang ini. Contohnya Tuhan, Malaikat, dsb. Memangnya ada SKS untuk mempelajari Tuhan? Filsafat bukan tuhan, teologi bukan Tuhan, intine ilmu itu kan ya bisa mendekatkan kepada yang “ILMU SEJATI” yaitu Tuhan itu.
Universitas saiki malah menjadi paguyuban fakultas, malah jadi sekat-sekat yang saling membanggakan diri. Aku Dokter kyeh! Aku arsitek kyeh! so what????? bukan itu yang kumaksud tapi apakah ilmu anda sudah: “Alimul Ghoibi Wa Syahadati???” Trus Universitas malah sekarang menjadi komoditas atau toko ilmu itu. Idealnya kan di Universitas njenengan bisa mencari ilmu apa saja, tapi anda akan dibatasi dengan “kasir” yaitu membayar. Ya, ambil apa saja di sini asal bayar. Ambil jurusan apa saja di sini asal bayar.
Ngomong opo wa? serius temen. akakakakak…. ora, kiye sekedar mbuka wacana nggo yang tidak kuliah mbok ya jangan kecewa, jangan sedih, ilmu ada di mana-mana. Yang kuliah ya gak usah GALGIL kamu, wong kamu-kamu cuma pengikut produk-produk pemikiran, model-model yang sudah ada, teori-teori dari orang lain. Kamu adalah konsumen kok songong? Kamu belum menjadi taraf produsen itu dimana pemikiran kamu dipakai oleh orang lain.
Akhir tulisan ini pengen membuktikan bahwa ilmu ada di mana-mana termasuk pada becak. ya! pada becak. Aku menulis tentang becak ternyata becak telah banyak mengajarkan iqra tanpa harus bertutur ketika para guru di sekolah dan universitas telah banyak yang gagap, gagal dan banyak bicara.
Bagaimana dengan hidup manusia itu? Kadang pengayuh becak lebih tahu kapan harus dikayuh. Kapan harus direm. Kapan harus menyeberang. Daripada manusia yang lupa diri.
Bagaimana dengan eksekutif negara ini? Dia ban belakang yang bocor. Diantara dua ban depan. Dengan pengayuh renta TRIAS POLITICA!
Bagaimana dengan ekonomi mikro negara ini? Tanyakan pada mereka. Bagaimana menjalani hidup. Bagaimana dengan cinta itu? Teruslah mengayuh. engkau akan sampai. Teruslah mengantarkan. engkau akan dibayar. Bagaimana dengan rejeki itu? Ada mereka yang mangkal. Ada yang berjalan menjemput
Bagaimana ketika engkau sedang bersedih? Pandangilah mereka. Ada jiwa besar dalam orang-orang kecil. Bagaimana dengan beban hidupmu? taruhlah semuanya di depan. Dan mulailah mengayuh antarkan beban itu pada alamatnya
Bagaimana dengan membaca Alqur’an dan bersholawat. Dia oli yang akan melumasi rantai becak. Ia kemudian akan melahirkan banyak momen Untuk berjumpa dengan yang diinginkan. Bagaimana dengan bagaimana dengan bagaimana dengan? Iqra bismirabbikalladzi kholaq Lihatlah dan bacalah becak!
Tulisan untuk:
Universitas Tukang Becak, Universitas yang lebih banyak mengajarkan kehidupan

Budi Mulyawan

No comments

Post a Comment