Jendela Tegal

Warna Kota Tegal

Sebuah kota pasti memiliki warna yang khas pada karakteristik penduduknya. Ya! Anda akan merasakannya ketika sudah berkeliling jawa, Indonesia, atau dunia. Tegal punya warna sendiri. Mungkin pendapat tentang warna pada kota dan masyarakat adalah subyektif tapi pengalaman adalah “guru terbaik warna pada masyarakat”.Wong Tegal yang telah menjadi migran, petualang, perantau, dan bahkan pekerja di luar negeri akan merasakan bahwa kota ini memiliki warna yang sangat berbeda dengan kota lain di seluruh dunia. Hasil riset kata dari teman-teman saya yang muncul adalah:
Kreatif, gampangan, mudah bergaul, ciri khas, tidak suka malu-malu, luwes, unik, kemrewek, blak-blakan, loyalitas tinggi, seneng moci, sing penting mangan, ora tau pusing mikiri negara, ramah, lucu, lugu, culun, pethakilan, plas plos,nggampang na, grapyak, penak, ngapak, penampilan biasa duit akeh, grapyak, blabah, denak, ngapak,pinter-pinter, kaya kuwe be kangelan, penduduke lucu, rame, senenge dospok, ora duwe isin, kakean ngomong, ngomonge seru2, dan lain lain
Ada juga yang katanya negatif seperti:
Pelit, wareng, kemugih, Galgil, Petakilan, Pecicilan, Petahora, Nyengiti, mbajor, onggrong, gemrangsang, senenge tiru-tiru,
Warna di atas menunjukan estetika meskipun subyektif karena semua orang sebenarnya memiliki karakter psikologis dan mental yang berbeda-beda di seluruh dunia secara genekologis hingga struktur masyarakat. inti dari respon di atas itu bisa dikatakan sama: kehangatan, kekeluargaan, keunikan, kerja keras, dinamis, open minded. banyaknya warna sifat masyarakat yang dibentuk menunjukan sebuah dinamika dalam migrasi atau bepergian itu. semakin orang suka bepergian ke luar Tegal, semakin dia akan menemukan warna yang sangat berbeda. Penulis alhamdulillah pernah ke malang, jogja, sukabumi, bali, dll sambil membandingkan warna tersebut. ternyata memang benar, Tegal bukan malang, tegal bukan jogja, tegal bukan sukabumi, tegal bukan bali, ini bukan wilayah yang didukung oleh infrastrukstur pariwisata yang sangat wah seperti bali atau capital region non sosiologis seperti jakarta. anda sedang berhadapan dengan masyarakat dengan bahasa ngapak yang lebih tua dari bahasa kromo. anda sedang menghadapi masyarakat Tegal yang “nyeni”. Tidak ditemukan dimanapun di dunia, bahkan suriname.
Hingga saya menemukan rumusan berpikir dalam menjawab: Mengapa Tegal ngangeni dan mbetahi? Jawabannya adalah karena warga Tegal adalah pelaku migrasi yang sangat luwes. Karena banyak migran maka ia kangen dengan kampung halamannya. Ada semacam kepercayaan pada masyarakat luas di Tegal bahwa merantau adalah salah satu kunci keberhasilan dan bisa dibuktikan di kampungnya. Dan tak lupa: pengalaman mengenai warna masyarakat.
Berbeda dengan orang minang yang memiliki motto: “pergilah, jadilah orang ternama jangan di kotamu”. Tapi di Tegal tidak. Sesugih apapun, sejauh apapun merantau, mereka akan memiliki resiko pulang ke Tegal. mengapa? Tidak hanya karena makanan, tapi keluarga, di sini semua orang seperti keluarga, hangat. Sehingga tiket mudik 2011 ini pun telah terjual laris! karena mereka yang di sana tak mau melewatkan momen yang di sini.
WELCOME TO TEGAL!!!

Budi Mulyawan

No comments

Post a Comment